Brebes – Pembangunan gedung utama museum purbakala di Dukuh Kalipucung RT. 02 RW. 05, Desa Galuh Timur, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sudah mencapai 50 persen. Kamis (9/12/2021).
Bangunan dengan anggaran senilai Rp. 752 juta itu akan digunakan untuk menyimpan fosil-fosil purbakala Situs Buton (Bumiayu-Tonjong).
Dijelaskan Serka Ali Mahfur, Babinsa Galuh Timur Koramil 09 Tonjong Kodim 0713 Brebes sekaligus Ketua Pokdarwis Kampoeng Poerba Galuh Timur, di desanya sendiri (Galuh Timur), terdapat fosil manusia purba homo erectus arkaik (batok kepala, tulang rahang dan akar gigi) yang ditemukan di aliran Sungai Cisaat, Galuh Timur.
Manusia purba ini diperkirakan oleh para peneliti kepurbakalaan, usianya lebih tua dari manusia purba homo erectus yang ada di Sangiran, Sragen yang berusia 1, 5 juta tahun.
Keberadaan situs Bumiayu sendiri telah lama diteliti oleh para ahli purbakala mulai tahun 1920-an. Walaupun sempat terhenti, namun sejak ditemukannya kembali fosil-fosil kayu (2013), fosil batu akik (2014), fosil-fosil hewan (2015), dan fosil bagian manusia purba tersebut (2017), maka para peneliti sejarah kembali datang ke Galuh Timur dan Bumiayu tahun 2019 lalu.
Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang dipimpin Prof Gunardi, melakukan riset selama 2 minggu (14 Juli-2 Agustus 2019), dan memperkirakan bahwa fosil fauna/hewan yang ditemukan oleh warga Galuh Timur dan sekitarnya adalah fosil tertua di Pulau Jawa yang berumur lebih dari 2 juta tahun.
Dari validasi perkiraan usia fosil fauna tim tersebut, manusia purba yang hidup saat itu (homo erectus arkaik) usianya lebih tua lagi dari faunanya.
Perkiraan itu juga diperkuat lagi dari link fosil-fosil yang ditemukan di wilayah Kabupaten Tegal, yakni di Situs Semedo, Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng.
Baca juga:
Pengertian Blog, Struktur Umum dan Jenisnya
|
“Awalnya, warga Galuh Timur menyimpan fosil-fosil yang ditemukan di rumah masing-masing. Kemudian dengan adanya Pokdarwis Kampoeng Poerba maka dibangunlah sebuah rumah kecil yang kemudian diberi nama Museum Mini Kampoeng Poerba, untuk menampung fosil-fosil itu, ” bebernya.
Ia secara tegas menyatakan bahwa warga Galuh Timur sendiri tidak memperjual belikan fosil. Secara kesadaran dan sukarela, mereka menyerahkannya kepada Pokdarwis Kampoeng Poerba untuk disimpan di museum mini sebagai edukasi sejarah.
“Masyarakat kami sadar bahwa sejarah adanya manusia ini adalah milik semua orang, dan apabila dikelola dengan baik oleh dinas terkait maka potensi ini akan berdampak langsung yaitu peningkatan ekonomi dari kunjungan wisatawan, ” sambungnya.
Dengan mulai dibangunnya museum secara bertahap oleh Pemkab Brebes maka diharapkan dengan penataan itu dapat menjadikan Galuh Timur sebagai obyek wisata edukasi sejarah berskala nasional dan bahkan internasional.
Ali menambahkan, selain fosil purbakala tersebut, di desanya juga terdapat potensi wisata lainnya yaitu Candi Gagang Golok atau Situs Kali Puncung (di Dukuh Kali Pucung, di areal hutan jati Perhutani KPH Pekalongan Barat), kemudian Situs Gajah Wong, Makamdawa (makam panjang), dan juga Saka Kembar (tiang kembar) Jembatan Kali Belang.
“Saya mewakili seluruh warga masyarakat Galuh Timur berharap adanya pembangunan museum secara bertahap, infrastruktur jalan menuju desa kami juga ditingkatkan dan diperlebar sehingga potensi wisata di desa kami dapat cepat maju, ” pungkasnya.
Untuk diketahui, saat melakukan kunjungan pada 7 Desember 2021 kemarin, Bupati Brebes Hj. Idza Priyanti SE.MH, kembali mendesak PT. Sakura Group sebagai pihak pelaksana pembangunan Museum Purbakala Galuh Timur, mengingat hampir deadline penggarapan. Namun walaupun percepatan dilakukan, akan tetapi kualitas pekerjaan harus tetap dijaga, misal dengan penambahan tenaga kerja maupun waktu lembur.
Idza berharap, di momen perayaan Hari Jadi Kabupaten Brebes yang ke-344 pada 18 Januari 2022 mendatang, bangunan utama museum dapat kelar untuk diresmikan. (Aan/Red)